Rabu, 22 Februari 2012

Akibat Durhaka kepada Orang Tua

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan, terhindar dari kesengsaraan dan kegagalan di dunia dan akhirat. Di sinilah pentingnya kita mengenal secara baik akibat-akibat durhaka kepada orang tua, selain mempersiapkan bekal dan perangkat yang profesional untuk menggapai cita-cita.
Tidak jarang kita saksikan anak yang durhaka pada orang tuanya, ia harus menghadapi kendala-kendala yang berat, sulit meraih kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidupnya. Belum lagi ia harus dan pasti menghadapi penderitaan yang berat saat sakratul maut, dan ini pernah terjadi di zaman Rasulullah saw. Beliau sendiri tak sanggup membimbingnya untuk mempertahankan keimanannya kecuali setelah ibunya memaafkan.
Tidak sedikit juga anak yang durhaka, ia sangat sulit menemukan dan merasakan kebahagiaan dan kedamaian dalam hidupnya sekalipun ia memiliki kemampuan profesional dan berkecukupan dalam materi. Bahkan tidak jarang di antara mereka hampir-hampir putus asa dalam hidupnya akibat kedurhakaannya terhadap kedua orang tuanya.
Fakta dan kenyataan yang kita jumpai dalam kehidupan keseharian bahwa dalam kehidupan ini penuh dengan energi, yang positif dan negatif, yang dapat menolong kita atau sebaliknya menghantam kekuatan kita. Sehingga kita kehilangan kendali, gelap dan tak mampu melihat rambu-rambu kebahagian dan kesuksesan yang sejati.
Kenyataan inilah yang rambu-rambunya sering diungkapkan oleh Allah dan Rasul-Nya serta Ahlul baitnya (sa). Kita mesti menyadari bahwa mata lahir kita, bahkan pikiran kita, punya keterbatan untuk menyoroti rambu-rambu itu. Karena rambu-rambu itu jauh berada di atas kemampuan sorot mata lahir dan analisa pikiran. Yang mengetahui semua itu secara sempurna hanya Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang suci dari Ahlul bait Nabi saw.
Tolok Ukur durhaka kepada orang tua
Allah swt berfirman: “Jika salah seorang di antara mereka telah berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali jangan kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah kamu membentak mereka, ucapkan kepada mereka perkataan yang mulia.” (Al-Isra’: 23).
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah saw: Apakah ukuran durhaka kepada kedua orang tua?
Rasulullah saw menjawab: “Ketika mereka menyuruh ia tidak mematuhi mereka, ketika mereka meminta ia tidak memberi mereka, jika memandang mereka ia tidak hormat kepada mereka sebagaimana hak yang telah diwajibkan bagi mereka.” (Mustadrak Al-Wasâil 15: 195)
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, barangsiapa yang membuat sedih kedua orang tuanya, maka ia telah durhaka kepada mereka.” (Al-Wasail 21: 389; Al-Faqîh 4: 371)
Tingkatan Dosa durhaka pada orang tua
Rasulullah saw bersabda: “Dosa besar yang paling besar adalah syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua…” (Al-Mustadrak 17: 416)
Rasulullah saw bersabda: “Ada tiga macam dosa yang akibatnya disegerakan, tidak ditunda pada hari kiamat: durhaka kepada orang tua, menzalimi manusia, dan ingkar terhadap kebajikan.” (Al-Mustadrak 12: 360)
Rasulullah saw bersabda: “…Di atas setiap durhaka ada durhaka yang lain kecuali durhaka kepada orang tua. Jika seorang anak membunuh di antara kedua orang tuanya, maka tidak ada lagi kedurhakaan yang lain di atasnya.” (At-Tahdzib 6: 122)
Akibat-akibat durhaka kepada orang tua
Durhaka kepada orang tua memiliki dampak dan akibat yang luar bisa dalam kehidupan di dunia, saat sakratul maut, di alam Barzakh, dan di akhirat. Akibat itu antara lain:
Dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Sesungguhnya yang pertama kali dicatat oleh Allah di Lawhil mahfuzh adalah kalimat: ‘Aku adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Aku, barangsiapa yang diridhai oleh kedua orang tuanya, maka Aku meri¬dhainya; dan barangsiapa yang dimurkai oleh keduanya, maka Aku murka kepadanya.” (Jâmi’us Sa’adât, penghimpun kebahagiaan, 2: 263).
Menghalangi doa dan Menggelapi kehidupan
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “…Dosa yang mempercepat kematian adalah memutuskan silaturrahmi, dosa yang menghalangi doa dan menggelapi kehidupan adalah durhaka kepada kedua orang tua.” (Al-Kafi 2: 447)
Celaka di dunia dan akhirat
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar karena Allah Azza wa Jalla menjadikan dalam firman-Nya sebagai anak yang durhaka sebagai orang yang sombong dan celaka: “Berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong dan celaka, (Surat Maryam: 32)” (Man lâ yahdhurul Faqîh 3: 563)
Dilaknat oleh Allah swt
Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abi Thalib (sa): “Wahai Ali, Allah melaknat kedua orang tua yang melahirkan anak yang durhaka kepada mereka. Wahai Ali, Allah menetapkan akibat pada kedua orang tuanya karena kedurhakaan anaknya sebagaimana akibat yang pasti menimpa pada anaknya karena kedurhakaannya…” (Al-Faqîh 4: 371)
Ya Allah, jangan jadikan daku orang yang menyebabkan kedua orang tuaku dilaknat oleh-Mu karena kedurhakanku pada mereka. Ya Allah, jadikan daku anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku sehingga Engkau sayangi mereka karena kebarbaktianku pada mereka.”
Duhai saudaraku, di sinilah letak hubungan erat yang tak terpisahkan antara kita dan kedua orang tua kita. Betapa pentingnya menanamkan pendidikan akhlak yang mulia pada anak-anak kita, sehingga kita meninggalkan warisan yang paling berharga yaitu anak-anak yang saleh, yang dapat mengalirkan kebahagiaan dan kedamaian pada kita bukan hanya di dunia tetapi juga di alam Barzakh dan akhirat.
Dikeluarkan dari keagungan Allah swt
Imam Ali Ar-Ridha (sa) berkata: “Allah mengharamkan durhaka kepada kedua orang tua karena durhaka pada mereka telah keluar dari pengagungan terhadap Allah swt dan penghormatan terhadap kedua orang tua.” (Al-Faqih 3: 565)
Amal kebajikannya tidak diterima oleh Allah swt
Dalam hadis Qudsi Allah swt berfirman: “Demi Ketinggian-Ku, keagungan-Ku dan kemuliaan kedudukan-Ku, sekiranya anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya mengamalkan amalan semua para Nabi, niscaya Aku tidak akan menerimanya.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Shalatnya tidak diterima oleh Allah swt
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang memandang kedua orang tuanya dengan pandangan benci ketika keduanya berbuat zalim kepadanya, maka shalatnya tidak diterima.” (Al-Kafi 2: 349).
Tidak melihat Rasulullah saw pada hari kiamat
Rasulullah saw bersabda: “Semua muslimin akan melihatku pada hari kiamat kecuali orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamer, dan orang yang disebutkan nama¬ku lalu ia tidak bershalawat kepadaku.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 263).
Na’udzubillâh, semoga kita tidak tergolong kepada mereka yang tidak diizinkan untuk berjumpa dengan Rasulullah saw dan Ahlul baitnya (sa), karena hal ini harapan dan idaman bagi setiap muslimin dan mukminin. Sudah tidak berjumpa di dunia, tidak berjumpa pula di akhirat. Na’udzubillâh, semoga kita semua dijauhkan dari akibat ini.
Diancam dimasukkan ke dalam dua pintu neraka
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya murka, maka baginya akan dibukakan dua pintu neraka.” (Jâmi’us Sa’adât 2: 262).
Tidak akan mencium aroma surga
Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kamu berbuat durhaka kepada kedua orang tuamu, karena bau harum surga yang tercium dalam jarak perjalanan seribu tahun, tidak akan tercium oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, memutuskan silaturahmi, dan orang lanjut usia yang berzina…” (Al-Wasâil 21: 501)
Menderita saat Saktatul maut
Penderitaan anak yang durhaka kepada orang tuanya saat sakratul mautnya pernah menimpa pada salah seorang sahabat Nabi saw. Berikut ini kisahnya:
Kisah nyata di zaman Nabi saw
Pada suatu hari Rasulullah saw mendatangi seorang pemuda saat menjelang kematiannya. Beliau membimbingnya agar membaca kalimat tauhid, Lâilâha illallâh, tapi pemuda itu lisannya terkunci.
Rasulullah saw bertanya kepada seorang ibu yang berada di dekat kepala sang pemuda sedang menghadapi sakratul maut: Apakah pemuda ini masih punya ibu?
Sang ibu menjawab: Ya, saya ibunya, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah Anda murka padanya?
Sang ibu menjawab: Ya, saya tidak berbicara dengannya selama 6 tahun.
Rasulullah saw bersabda: Ridhai dia!
Sang ibu berkata: Saya ridha padanya karena ridhamu padanya.
Kemudian Rasulullah saw membimbing kembali kalimat tauhid, yaitu Lâilâha illallâh.
Kini sang pemuda dapat mengucapkan kalimat Lâilâha illallâh.
Rasulullah saw bertanya pemuda itu: Apa yang kamu lihat tadi?
Sang pemuda menjawab: Aku melihat seorang laki-laki yang berwajah hitam, pandangannya menakutkan, pakaiannya kotor, baunya busuk, ia mendekatiku sehingga membuatku marah padanya.
Lalu Nabi saw membimbinnya untuk mengucapkan doa:

يَا مَنْ يَقْبَلُ الْيَسِيْرَ وَيَعْفُو عَنِ الْكَثِيْرِ، اِقْبَلْ مِنِّى الْيَسِيْرَ وَاعْفُ عَنِّي الْكَثِيْرَ، اِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

“Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan Mengampuni dosa yang banyak, terimalah amalku yang sedikit, dan ampuni dosaku yang banyak, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” 1)
Sang pemuda kini dapat mengucapkannya.
Nabi saw bertanya lagi: Sekarang lihatlah, apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: sekarang aku melihat seorang laki-laki yang berwajah putih, indah wajahnya, harum dan bagus pakaiannya, ia mendekatiku, dan aku melihat orang yang berwajah hitam itu telah berpaling dariku.
Nabi saw bersabda: Perhatikan lagi. Sang pemuda pun memperhatikannya. Kemudian beliau bertanya: sekarang apa yang kamu lihat?
Sang pemuda menjawab: Aku tidak melihat lagi orang yang berwajah hitam itu, aku melihat orang yang berwajah putih, dan cahayanya meliputi keadaanku. (Bihârul Anwâr 75: 456).
__________
1). Doa ini dikenal sebagai doa Yasîr, doa untuk memperoleh kemudahan saat sakaratul maut.

Mengungkap Budaya Mesum dalam Perayaan Hari Valentine

EMPAT belas Februari adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi kebanyakan pemuda-pemudi dalam setiap tahunnya, mereka menamakan hari ini sebagai hari Kasih Sayang. Ya, Valentine’s Day. Mereka menganggap hari ini adalah ‘Hari Raya’ orang-orang yang sedang di mabuk cinta, pada hari ini mereka mengekspresikan cinta mereka terhadap orang-orang yang mereka cintai dengan bahasa cinta mereka masing-masing. Padahal hari ini tidak lebih dari hari mesum semata, bagi mereka yang dikuasasi oleh Syahwat nafsunya.
Rupanya hari ini tidak hanya berlaku bagi kalangan remaja atau pemuda, tetapi berlaku pula bagi orang-orang yang telah merajut tali pernikahan. Mereka beralasan bahwa dengan memperingati hari ini, pernikahan mereka semakin melanggeng. Bahkan mereka yang baru duduk di bangku SMP sudah mengenal dan merayakan budaya satanis ini.
Beragam cara para Valentinis untuk merayakan VD, mulai dari mengatakan kata-kata cinta, memberikan kartu Valentine, memberikan bunga, sampai pada mengajak lawan jenisnya untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perzinaan. Na’udzubillah. Seolah-olah mereka menganggap telah ‘halal’ perbuatan tersebut pada hari ini. Toko-toko swalayan, toko-toko karangan bunga dan club-club malam pun turut memperingati hari ini. Bagaimana tidak, telah disaksikan (penulis) dari salah satu picture yang diupload  di media Facebook, sebuah bingkisan coklat yang dibungkus dengan rapih dan cantik namun bersamaan dengan coklat tersebut disisipkan alat kontrasepsi. Hanya orang-orang yang takut kepada Allah Ta’ala saja yang memahami bahwa hari ini bukanlah hari kasih sayang tetapi hari mesum yang memasal.
Seolah nampak begitu indah, di mana-mana terdapat nuansa cinta, di toko-toko, perkantoran, dan gereja-gereja, bahkan televisi dan radio juga memberikan suguhan kepada penonton dan pendengarnya dengan acara-acara tentang cinta. Tapi ini tak ubahnya kesenangan yang menipu dan kesengsaraan pada hari akhirat.
Telah jelaslah bahwa VD adalah hari kasih sayang yang menipu dan menyengsarakan, sungguh miris ketika di negara yang berpenduduk mayoritas muslim ini dari sekian banyak para pemuja Valentine adalah remaja yang mengaku dirinya muslim. Na’udzubillah. Untuk mereka para remaja muslim yang sedang kehilangan jati diri (jati diri seorang muslim), ketahuilah bahwa kalian sedang tenggelam dalam budaya jahiliyah, budaya yang di produksi oleh para penyembah Salib yang berakulturasi dengan budaya Animisme Romawi!. Sudah selayaknya kalian mengetahui bagaimana asal muasal VD ini.

Tidak Ada yang Namanya Hari Valentine!!!

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)
 
Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' sangat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.

 SEJARAH VALENTINE:
Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.
Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.
 
Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
 
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
 
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.
 
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.

PANDANGAN ISLAM 
Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
 
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:
“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
 
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
 
Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”.
Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:-
Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam  masalah 'Valentine Day'.
 
1. PRINSIP / DASAR
   Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama  Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
 
2. SUMBER ASASI
   Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam(Allah), maka ia akan tertolak.
Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan  mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
 
3. TUJUAN
   Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan      yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
 
4. OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara.
Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan    syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)
Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan    semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat    mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati    mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
 
Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Karena kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
 
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
 
Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
 
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
 
Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya.
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah s.w.t.:
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
 
Berkata Peguam Zulkifli Nordin (peguam di Malaysia) di dalam kaset 'MURTAD' yang mafhumnya :-
"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' karena pada nya Islam adalah ZALIM!!!  Tumbangnya Kerajaan Islam Spanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini karena hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Spanyol..

Sabtu, 24 Desember 2011

Kunci Gitar Lagu J-rocks - Mestinya Kau Tau

Intro:
B G#m C#m F#
D#m G#m C#m F#


B          G#m         C#m
waktu kau datang kepadaku
         F#         D#m
tuk meminta maaf karna
      G#m           C#m    G F#
kesalahan yang tlah kau buat
B            G#m    C#m
kau tlah sakiti hatiku
        F#         D#m
kau khianati cintaku
          G#m     C#m   G F#
tapi ku telah memaafkanmu
B           G#m        C#m
kan ku beri kau kesempatan
        F#         D#m
untuk kesekian kalinya
             G#m     C#m   G F# B
janganlah engkau sia-siakan

reff1:
         B
mestinya kau tahu
      D#m
jurus hatiku
       A               G#          C#m
tak pernah ku berselingkuh seperti dirimu
       E           F#         D#m G#m
kau pasti kan menyesal tak bersamaku
     C#m   F#   B
harusnya kamu mau


B          G#m         C#m
waktu kau datang kepadaku
         F#         D#m
tuk meminta maaf karna
      G#m           C#m    G F#  
kesalahan yang tlah kau buat
B            G#m    C#m
kau tlah sakiti hatiku
        F#         D#m
kau khianati cintaku
          G#m     C#m   G F# B
tapi ku telah memaafkanmu

back to reff

music:G#m F# E

reff2:
       C
mestinya kau tahu
      Em
jurus hatiku
       A#               A          Dm
tak pernah ku berselingkuh seperti dirimu
       F           G         Em   Am
kau pasti kan menyesal tak bersamaku
     Dm    G    C
harusnya kamu mau

http://chord.chordpoprock.net/2009/07/chord-mestinya-kau-tau-j-rocks.html

Rabu, 14 Desember 2011

Turuti Kata Orang Tua

Heloo, jumpa lagi dengan saya
saya ingin berbagi cerita dengan anda tentang orang tua

Jika anda memiliki masalah, siapakah yang pertama kali membantu anda? Teman atau Orang tua?
Jika anda sedang sakit, siapakah yang membawa anda ke puskesmas atau rumah sakit? Teman atau Orang tua?
Jika anda ingin membeli sesuatu, anda mintanya kepada siapa? Teman atau Orang Tua?
Seluruh jawaban dari pertanyaan di atas adalah Orang tua, bila anda menjawab yang pertama kali membantu anda adalah teman, itu salah. Karena teman itu hanya membantu sebisanya saja. Sedangkan Orang tua membantu anda dengan sekeras tenaganya sampai masalah yang anda hadapi itu selesai.

Tapi apakah anda pernah berpikir, kalau teman itu adalah segalanya? sedangkan Orang tua anda lupakan? Bila anda berpikir begitu, berarti anda salah besar. Anda senang berkumpul dengan teman teman di luar dibandingkan berkumpul di rumah bersama Orang tua. Anda melupakan Orang tua yang telah lama mendidik, mengasuh, dan merawat anda sejak anda lahir. Itu bisa membuat Orang tua sedih. Anda bayangkan bila Orang tua anda telah tiada dan anda belum meminta maaf dan membahagiakannya. Anda pasti sangat menyesal dan ingin mengulang kembali lagi waktu-waktu yang sangat indah itu. Tapi pepatah telah mengatakan "Penyesalan Selalu Datang Terakhiran".

Jadi, maksud saya bukan untuk menakut-nakuti anda,  tapi ingin merubah anda untuk tidak melupakan Orang tua dan selalu membuatnya bahagia. Kesimpulannya, "Janganlah membuat Orang tua itu kesal atau marah, dan sampai meneteskan air mata.  Buatlah dia bahagia, dengan bercerita, berkumpul dengannya.Itu sudah membuatnya bahagia"

Selasa, 13 Desember 2011

Sabar Atas Takdir dan Ketetapan-Ketetapan Allah dan Tidak Merasa Benci

Selama 13 tahun di Mekah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru umat manusia kpd tauhid & mengesakan Allah. Ketika sinar iman masuk ke dalam lubuk hati, mereka tunduk, patuh & menyerah utk menerima perintah-perintah Allah serta mengangkat al Qur’an & Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi hakim yg memutuskan hukum dalam segala urusan, sebagaimana difirmankan Allah SWT.:
 وَماَ كاَنَ لِمُؤْمِنٍ وَلاَ مُؤْمِنَةٍ إذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْراً أنْ يَكُوْنَ لَهُمْ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللهُ وَرَسُوْلُهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً مُبِيْنا ً
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki ynag mukmin & perempuan yg mukmin, apabila Allah & Rasu-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah & RasulNya maka sungguh dia telah tersesat dgn kesesatan yg nyata.” (Al Qur’an Surat: 33: 36)
Di antara aqidah seseorang itu benar dgn jelas, ia akan bersikap sabar atas takdir & ketetapan-ketetapan Allah & tdk merasa benci (dengan yg tdk disukainya). Tergantung atas kuat atau lemahnya iman seseorang, terjadi perasaan ridha atau kesal terhadap takdir. Hal ini tampak jelas dalam hadits yg diriwayatkan oleh Shuhaib dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
“عَجَباً لأمْرِ الْمُؤْمِنِ، إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذاَكَ لأَحَدٍ إلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصاَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ، وَإنْ أصاَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكاَنَ خَيْراً لَهُ”
Aku kagum terhadap urusan orang mukmin karena seluruh urusan baginya baik. Hal ini tdk akan terjadi kecuali pd orang mukmin. Jika ia mendapat kebaikan, ia bersyukur. Hal itu baik baginya. Dan jika ia terkena bahaya, ia sabar. Hal itu baik baginya.” (Hadis Riwayat: Muslim)
Diriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersada:
“إِنَّ عِظَمَ الجَزاَءِ مَعَ عِظَمَ الْبَلاَءِ، وَإنَّ اللهَ إِذاَ أحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِِِيَ فَلَهُ الرِّضاَ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ”
Sesungguhnya besarnya balasan bergantung kpd besarnya cobaan. Dan sesungguhnya apabila Allah mencintai sesuatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa merasa rela, ia akan mendapatkan ridha Allah & barangsiapa yg merasa kesal maka akan mendapatkan murka Allah.” (Hadis Riwayat: Tirmidzi.)
Dilarang merasa tdk senang ketika mendapat anak wanita karena hal itu merupakan perbuatan jahiliyah. Allah SWT. berfirman:
 للهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشاَءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشاَءُ إِناَثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَاناً وَإِناَثاً وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْماً إِنَّهُ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ 
Milik Allah-lah kerajaan langit & bumi; Dia menciptakan apa yg Dia kehendaki, memberikan anak-anak perempuan kpd siapa yg Dia kehendaki, & memberikan anak laki-laki kpd siapa yg yang Dia kehendaki, atau Dia menganugrahi jenis laki-laki & peremuan, & menjadikan mandul siapa yg Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (Al Qur’an Surat: 42: 49 – 50)
Imam Ibnul- Qoyyim menyatakan dalam kitab Tuhfatul Wadud: “Allah Subhanahu wa ta’ala membagi keadaan suami istri menjadi 4 bagian yg pembagian itu berlaku utk semua alam & Allah mengkhabarkan bahwa apabila ditakdirkan mendapat anak bagi keduanya (suami & istri) maka pasti diberikannya. Cukup bagi seorang hamba terancam mendapat murka Allah jika ia membenci pemberian dari Allah.”
Allah Subhanahu wa ta’ala memulai penyebutan dgn anak wanita dalam firmanNya (يهب لمن يشاء إناثا) utk menjaga perasaan hati mereka karena kedua orang tua (pada masa itu) merasa keberatan dgn mendapatkan anak perempuan.
Ada yg mengatakan, didahulukannya anak perempuan dalam penyebutan tersebut karena ini dalam konteks bahwa hanya Allah yg aktif utk melakukan apa yg Dia kehendaki; tdk yg dikehendaki kedua orang tua karena mereka umumnya hanya menghendaki anak laki-laki. Allah Subhanahu wa ta’ala memberitahukan kpd kita bahwa Dia menciptakan apa yg dikehendakiNya. Oleh karena itu, Allah memulai dgn menyebutkan jenis perempuan yg dikehendakiNya; apakah kedua orang tua setuju atau tidak.
Diriwayatkan dari Tsauban, ia berkata: Ketika aku berdiri di sisi Rasulullah  kemudian datang seorang alim dari Yahudi. Pendeta Yahudi tersebut bekata: Aku datang utk menanyakan tentang anak? Rasulullah  menjawab:
Air sperma laki-laki berwarna putih. Sementara ovum (cairan) dari wanita berwarna kekuning-kuningan. Apabila keduanya bertemu kemudian sperma laki-laki mengalahkan atau mendominasi ovum wanita maka akan menjadi anak laki-laki. Sebaliknya, apabila ovum perempuan mengatasi sperma laki-laki maka akan menjadi anak perempuan dgn izin Allah.” (Hadis Riwayat: Muslim)
Dengan demikian, dpt diketahui bahwa segala urusan berjalan sesuai kadar & ukuran yg ditentukan (oleh Allah) & tdk dpt ditentang oleh siapa pun juga.
Allah Subhanahu wa ta’ala mengingkari kaum jahiliyah atas ketidak senangan mereka terhadap lahirnya anak perempuan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيْمٌ، يَتَوَارَى مِنَ الْقََوْمِ مِنْ سُوْءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلىَ هُوْنٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلاَ سَاءَ ماَ يَحْكُمُوْنَ 
Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dgn (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam) & dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang byk , disebabkan kabar buruk yg disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dgn (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingantlah alangkah buruknya (putusan) yg mereka tetapkan itu.” (Al Qur’an Surat: 16: 58 – 59)
Cukup dianggap buruk & tercela perasaan kesal dgn kelahiran anak perempuan karena si pelaku tdk menyukai apa-apa yg diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala . Padahal para nabi yg menjadi panutan umat saja menjadi bapak & orang tua dari anak-anak perempuan. Nabi kita Muhammad  adl ayah Fathimah, Zainab, Ruqoyyah & Ummu Kultsum.
Ditulis oleh Muhammad bin Ali al Arfaj

Kewajiban Mengajarkan Ilmu Agama kepada Keluarga

Di antara hak seorang isteri yg harus dipenuhi suaminya adl memberikan pendidikan & pengajaran dalam perkara agama. Dengan memahami & mengamalkan agamanya, seseorang akan mendapatkan kebahagiaan di dunia & di akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Artinya : Wahai orang-orang yg beriman! Peliharalah dirimu & keluargamu dari api Neraka yg bahan bakarnya adl manusia & batu; penjaganya Malaikat-malaikat yg kasar & keras, yg tdk durhaka kpd Allah terhadap apa yg Dia perintahkan kpd mereka & mereka selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.” [At-Tahrim : 6]
Menjaga keluarga dari api Neraka mengandung maksud menasihati mereka agar taat, bertaqwa kpd Allah ‘Azza wa Jalla & mentauhidkan-Nya serta menjauhkan syirik, mengajarkan kpd mereka tentang syari’at Islam, & tentang adab-adabnya. Para Shahabat & mufassirin menjelaskan tentang tafsir ayat tersebut sbg berikut:
  1. ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Ajarkanlah agama kpd keluarga kalian, & ajarkan pula adab-adab Islam.
  2. Qatadah rahimahullaah berkata, “Suruh keluarga kalian utk taat kpd Allah! Cegah mereka dari berbuat maksiyat! Hendaknya mereka melaksanakan perintah Allah & bantulah mereka! Apabila kalian melihat mereka berbuat maksiyat, maka cegah & laranglah mereka!”
  3. Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullaah berkata: “Ajarkan keluarga kalian utk taat kpd Allah ‘Azza wa Jalla yg (hal itu) dpt menyelamatkan diri mereka dari api Neraka.
  4. Imam asy-Syaukani mengutip perkataan Ibnu Jarir: “Wajib atas kita utk mengajarkan anak-anak kita Dienul Islam (agama Islam), serta mengajarkan kebaikan & adab-adab Islam.” [ Lihat Tafsiir ath-Thabari (XII/156-157) cet. Darul Kutub Ilmiyah, Tafsiir Ibnu Katsir (IV/412-413) cet. Maktabah Darus Salam & Tafsiir Fat-hul Qadiir (V/253) cet. Darul Fikr.]
Untuk itulah, kewajiban seorang suami utk membekali dirinya dgn thalabul ‘ilmi (menuntut ilmu syar’i) dgn menghadiri majelis-majelis ilmu yg mengajarkan Al-Qur’an & As-Sunnah sesuai dgn pemahaman Salafush Shalih -generasi yg terbaik, yg mendapat jaminan dari Allah-, sehingga dgn bekal tersebut dia mampu mengajarkannya kpd isteri & keluarganya.
Jika ia tdk sanggup utk mengajarkannya, hendaklah seorang suami mengajak isteri & anaknya utk bersama-sama hadir di dalam majelis ilmu yg mengajarkan Islam berdasarkan Al-Qur’an & As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mendengarkan apa yg disampaikan, memahami & mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan hadirnya suami-isteri di majelis ilmu akan menjadikan mereka sekeluarga dpt memahami Islam dgn benar, beribadah dgn ikhlas mengharapkan wajah Allah ‘Azza wa Jalla semata serta senantiasa meneladani Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Insya Allah, hal ini akan memberikan manfaat & berkah yg sangat byk karena suami maupun isteri saling memahami hak & kewajibannya sbg hamba Allah.
Dalam kehidupan yg serba materialistis seperti sekarang ini, byk suami yg melalaikan diri & keluarganya. Berdalih mencari nafkah utk menghidupi keluarganya, dia mengabaikan kewajiban yg lainnya. Seolah-olah dia merasa bahwa kewajibannya cukup hanya dgn memberikan nafkah berupa harta, kemudian nafkah batinnya, sedangkan pendidikan agama yg merupakan hal paling pokok justru tdk pernah dipedulikan.
Seringkali sang suami jarang berkumpul dgn keluarganya utk menunaikan ibadah bersama-sama. Sang suami pergi ke kantor pd pagi hari ba’da Shubuh & kembali ke rumahnya larut malam. Pola hidup seperti ini adl pola hidup yg tdk baik. Tidak pernah atau jarang sekali ia membaca Al-Qur’an, kurang sekali memperhatikan isteri & anaknya shalat, & tdk memperhatikan pendidikan agama mereka sehari-hari. Bahkan pendidikan anaknya dia percayakan sepenuhnya kpd pendidikan di sekolah, & bangga dgn sekolah-sekolah yg memungut biaya sangat mahal karena alasan harga diri. Ia merasa bahwa tugasnya sbg orang tua telah ia tunaikan seluruhnya.
Bagaimana kita dpt mewujudkan anak yg shalih, sedangkan kita tahu bahwa salah satu kewajiban yg mulia seorang kepala rumah tangga adl mendidik keluarganya. Sementara tdk bisa kita pungkiri juga bahwa pengaruh negatif dari lingkungan yg cukup kuat berupa media cetak & elektronik seperti koran, majalah, tabloid, televisi, radio, VCD, serta peralatan hiburan lainnya sangat mudah mencemari pikiran & perilaku sang anak. Bahkan media ini bisa menjadi orang tua ketiga, maka kita harus mewaspadai media-media yg ada & alat-alat permainan yg sangat berpengaruh buruk terhadap perilaku anak-anak kita.
Oleh karena itu, kewajiban seorang suami harus memperhatikan pendidikan isteri & anaknya, baik tentang Tauhid, shalat, bacaan Al-Qur’annya, pakaiannya, pergaulannya, serta bentuk-bentuk ibadah & akhlak yg lainnya. Karena Islam telah mengajarkan semua sisi kehidupan, kewajiban kita utk mempelajari & mengamalkannya sesuai Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Begitu pula kewajiban seorang isteri adl membantu suaminya mendidik anak-anak di rumah dgn baik. Seorang isteri diperintahkan utk tetap tinggal di rumah mengurus rumah & anak-anak, serta menjauhkan diri & keluarga dari hal-hal yg bertentangan dgn syari’at Islam.
Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas